Karya Anak Belistra Untirta
Kajian Puisi Edisi 16 Maret 2011
Aray Rayza Alisjahbana
Memoar Kelapa Tujuh 2009
: untuk (E)
ketika lagi langkahku menyetubuhi urat leher lautan ini
kembali aku terbentur bayangmu di atas garis laut itu
kau tatap tajam sekujur tubuhku yang sedang bergumam
dengan desir ombak, butiran pasir, dan semilir angin yang bersileweran mesra
di sekelilingku
dan entah mengapa, tiba-tiba ombak, pasir, dan angin itu
seketika menggiring wajahku pada wajahmu
terus, dan terus menggiring ngilu
lalu engkau menarik daun telingaku dengan lemah lembut
dan mulutmu pun berceloteh lama tentang masa lalu
tentang kisah yang pernah berlabuh di antara aku dan senjamu waktu itu
tapi bagiku semua itu sudah fana
karena dengan berat hati
aku sudah menenggelamkan wajahmu di dasar laut itu
Kelapa Tujuh, Merak, 27 Februari 2011
Ismah
Ayah Aku Rindu
aku sangat ingin kau ada di sini di sampingku
ayah kau meninggalkanmu begitu cepat
kau pun meninggalkanku tanpa memberi
aku ilmu menjalani hidup
ayah kini aku telah tumbuh dewasa
aku pun mulai mengerti kehidupan
aku butuh kau ayah
aku ingin kau di sampingku
memberiku arahan hidup
karena sekarang aku sedang tertatih
menjalani hidup
2011
Vina Fitria O
Malam Begini
di sini aku
masih dalam suasana malam biasa
malam yang sama
malam yang merenggut keramaianku
malam yang merangkulku dengan kesepian
semalam itu
semalam yang remang
rintik hujan yang menyeringai
menidurkanku dengan buaiannya
memaksaku untuk tak berpihak lagi
pada kesadaran
malam begini
aku selalu menunggu pagi
pagi yang menyatu semesta-nya
karena pagi memberiku kekuatan
untuk menjalani
2011
Karya Rahmat
Terpaksa Menjadi Tikus
ada pegawai negeri sipil
berlaku jujur dan adil
mengais rizki di sarang buaya
bergulat dengan bahaya
idealisme dan tata negara di sandangnya
anak sulungnya berfoya-foya
bersahabat dengan narkoba
banyak uang untuk memenuhinya
isteri mudanya
suka berbelanja
pasar singapura menjadi surganya
pikirnya suami pohon uangnya
ada pegawai negeri sipil
besar pengeluaran isteri dan anaknya
gaji dari negara tak mencukupi
ada pegawai negeri sipil
menjadi tikus dan kongkalikong
dengan buaya
idealisme di tanggalkannya
demi bahagia isteri dan anaknya
Jangan Bunuh Diri
menatap indahnya awan yang mendung perlahan
redupnya tak membuat diriku semakin duka
aku bersama buih-buih pantaiku
terhempas ombak dan terluka
bila menguap ke udara
maka air akan tetap ada
bila dia tinggalkan cintamu
hatiku tetap di rongga dadamu
jika rindu selalu menghempasku
maka cinta masih tetap tersisa
mekarkan lagi senyummu
lukiskan lagi ceriamu
jangan bunuh diri
jangan bunuh diri dulu
gapai lagi anganmu
wujudkan lagi mimpimu
jangan bunuh diri
jangan bunuh diri dulu
karena cinta dari tuhan
selalu ada untukmu
2011
Karya Tanti Zulhijah
Bimbang
jalan setapak kulalui
ribuan pohon telah kulewati
tanpa aku sadari
kakiku terus melangkah
tanpa merasa lelah dan letih
entah kemana aku akan berhenti
dengan tujuan yang tak pasti
lalu aku memilih untuk diam
merenung dan mencoba mengevaluasi diri
2011
karya Mulya Tiara Faujiyah
Lebih Baik (Lagi)
ragakan berurai dalam binakan akan kilau
peluhku kan kuragik
kata pun bisu bagai angina
yang tak dihiraukan
bisakah aku tegak?
akankan aku berdiri tegak
gundah tak henti bercucuran
bidai ini harus sampai
karena aku ingin tegak
sampaikan, aku tegak!
sampaikan, aku berdiri!
sampaikan, aku bisa!
bisa akan kegagalan yang buat
aku penat akan kehidupan
tirai baru kuurai
kurangkai dengan kesungguhan
aku ingin, aku lebih dari yang pernah gagal
2011
Karya Erina Melita D
Penantian Bulan Mei
aku terdiam
terdiam saat harus menerima kenyataan ini
kenyataan pahit
sangat pahit
dalam hati aku bertanya
kenapa?
kenapa harus aku?
kenapa harus aku yang merasakan ini?
aku tidak kuat menunggumu
aku tidak yakin akan rasa ini
aku takut, sangat takut
aku takut kehilanganmu
tapi demi kamu
aku akan mencobanya
menyembunyikannya
menghilangkannya
dan membunuh perasaan itu
perasaan takut yang selalu menggerogoti pikiranku
dan aku akan tetap menunggumu
menunggu
hari ini, esok dan seterusnya
hingga akhir mei saat kita bertemu kembali
2011
Agustiya
Berlari
aku berdiri di hamparan duri
berdiri di atas luka dan merintih
seperti pengemis yang mengebu-ngebu
asaku semakin surut
di kala senja menyambut lukaku
semakin jatuh kutersungkur
seperti pengemis yang merintih
aku berlari
berlari
berlari dan berlari
lelah
lelah
hanya lelah kurasa
dan aku berlari
2011
Karya Lusiana Syarifah
Sajak Untuk Ibu
kala aku tak sanggup tuk menopang diri
kau sigap berada di sampingku
dengan kokohnya kau berdiri
hingga aku terlelap dalam kasih sayangmu
dikala badai menghampiri
kau buktikan teguhmu dengan senyuman
dukamu tak pernah terbias di wajahmu
kau jadikan pilu senjata kebahagiaan
ibu
kau ajarkan aku tuk nersyukur
kau tuntun aku menapaki kehidupan
kau bombing aku agar senantiasa sabar
kau tunjukkan aku jalan menuju impian
ibu
cintamu tak henti hingga aku mati
doamu selalu menyinari langkah kaki
wajahmu kuatkan aku tuk gapai keinginanmu
senyummu bawaku dalam kenyamanan
inginku bahagiakanmu
menangis karena rasa banggamu terhadapku
tak terbalaskan segala jasamu
hanya secarik sajak mewakili perasaanku
atas segala jasamu, ibu
2011
Karya Senja Pradestia P
Sssttt…
sssttt…
hai kau yang kini tetap telanjangi mataku
pelankan suaramu sejenak
tak terdengarkah bisik pilu yang berdenyit
lewati kamar itu
sssttt…
pelankan lagi suaramu
tak terdengarlah jerit sakit yang terkangkang
dari lubang di bawah sana?
suara itu?
ya! suara itu seperti jemari yang tak henti
hentak gurat-gurat tanah
seperti helai daun yang tak terjamah hujan
sepikah itu?
semukah itu?
entahlah
hanya warna angin yang mampu
siratkan rasa itu
2011
Karya Desi Annisa Kasumasari
Arti Hidup
sebutir pasir terbang bersama angina
menyusun ombak dalam lautan
menyaksikan dedaunan yang berdendang
melangkahkan kaki di pesisir pantai
ketika angin membelai rambutku
ketika suasana menyapa hati ini
logikaku berjalan selaras
termenung dan tersadar
ya…
hidup ini memang indah
tak perlu disesali
tak perlu ditangisi
jadikan makna hidup ini lebih berarti
2011
Karya Ela
Ratu Istana Pasir
aku adalah ratu dalam istana pasir putih
duduk di atas singgasana bertahta
memgang tanduk kekuasaan
pesta pantai akan dimulai
debur ombak membentur tembok pembatas pantai
bagaikan bedug yang bertalu
angin bersiul seperti seruling mangalun melodi
dan pucuk-pucuk pohon bergoyang
umpama penari pengantar kedamaian
tapi kedamaian itu sirna
ketika tsunami meruntuhkan istanaku
dan di sana ratu kidul tertaa terbahak
aku, ratu dalam istana pasir putih
tak akan gentar
malah akan aku bangun istana
dari beton di bukit sana
dan tsunami tak akan sampai kesana
2011
Asep Budianto
Mencari Jawaban
air laut ingin kutakar
butir pasir ingin kuhitung
hingga aku temukan sebuah jawaban
Kelapa Tujuh, 2011
Andez Amsed
Sajak Bimbang
berulang kucoret tiap-tiap tulisanku
dalam lembar-lembar catatanku
kusobek, lalu kubuang
mengggunung ditiap-tiap sudut kamar
menjadi abu terbakar damar
berpikir tak guna kulakukan itu
penaku kembali mengulang tulisan lalu
lagi-lagi kusobek lalu kubakar
selalu terulang, tanpa kuakui benar
2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar